BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Karena nilai – nilai moral akidah dan
akhlak serta ketentuan – ketentuan hukum syariah tidak memperkenankan praktek –
praktek ekonomi yang mengandung riba, maisir dan spekulasi, maka muara
aktifitas ekonomi secara makro lebih dideskripsikan oleh mekanisme di pasar
barang dan jasa. Moneter dalam definisi konvensional tidak sejalan dengan nilai
dan ketentuan hukum syariah Islam, sehingga keberadaannya menjadi tidak ada
dalam perekonomian yang menganut perspektif Islam. Dengan begitu dapat juga
dikatakan bahwa perekonomian Islam tidak memiliki konsep keseimbangan umum riil
dan moneter dua sektoral (dual sector – konsep IS–LM). Konsep keseimbangan umum
dalam Islam lebih sebagai sebuah keseimbangan satu sektoral (single sector),
dimana keseimbangan umumnya identik dengan keseimbangan pasar riil (barang dan
jasa). Sehingga segala jenis aktifitas ekonomi akan tergambar dalam interaksi
permintaan dan penawaran pada pasar barang dan jasa.
B.
Pembatasan Masalah
Agar
tidak terjadi penyimpangan dalam makalah ini, maka penulis hanya membatasi
masalah pada “Keseimbangan Umum”
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mencoba
mengungkapkan beberapa permasalahan. Adapun permasalahan antara lain:
A. Keseimbangan Umum
B. Keseimbangan Umum Islam Ekonomi Islam
C.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan
penulisan makalah ini dengan judul “Keseimbangan Umum” adalah untuk mengetahui Keseimbangan
umum ekonomi islam
D.
Metode Penulisan
Dalam penyusunan
makalah ini, penulis menggunakan metode studi internet, yaitu dengan cara
mendownload dari internet dan di pahami yang berhubungan dengan “Keseimbangan
Umum Ekonomi”.
BAB
III
PEMBAHASAN
A.
Keseimbangan Umum
1.
Pasokan Uang
Pada
kajian ini kita batasi cakupan uang hanya pada dua bentuk: uang kas dan uang
giral. Uang kas dipasok oleh bank sentral, sementara uang giral dipasok oleh
perbankan.
Penentuan jumlah
uang kas ini ditentukan oleh bank sentral dengan memperhatikan kelancaran
sistem pembayaran dan menjaga inflasi. Pasokan uang giral terjadi selama
uang kartal disimpan atau pinjaman diberikan dalam bentuk demand deposit. Jika
ada pencairan demand deposit oleh penabung atau debitur, uang giral akan
menyusut sementara uang kartal yang beredar akan bertambah.
Ekonomi
konvensional biasanya mengasumsikan pasokan uang ditentukan secara eksogen oleh
proses kebijakan. Karena itu, dalam panel uang-bunga kurva penawaran uang
digambarkan vertikal.
2.
Permintaan Uang
Permintaan uang
pada suatu periode merupakan rata-rata jumlah uang yang ingin dipegang
oleh masyarakat pada periode tersebut. Uang yang dipegang maksudnya
adalah uang yang siap digunakan untuk transaksi mencakup uang kartal yang tidak
disimpan di bank, cek atau sertifikat giro, dan batas transaksi pada kartu
debit.
Menurut Keynes, orang memegang uang dapat disebabkan oleh beberapa
motif:
1.
Motif transaksi: orang memegang
uang untuk keperluan belanja konsumsi maupun investasi yang sudah ia rencanakan
2.
Motif berjaga-jaga: orang
memegang uang untuk keperluan belanja yang tidak ia rencanakan
3.
Motif spekulasi: orang memegang
uang karena ia menunggu untuk menemukan aset yang lebih baik atau penurunan
harga aset di masa depan
Permintaan
uang untuk transaksi dan berjaga-jaga dipengaruhi secara positif oleh
pendapatan masyarakat. Jika pendapatan masyarakat naik, uang yang diperlukan
untuk transaksi konsumsi dan investasi akan naik.
Dalam ekonomi berbasis bunga,
permintaan uang untuk spekulasi menghadapi opportunity cost berupa bunga
yang ditawarkan oleh instrumen keuangan. Karena itu, permintaan uang untuk
spekulasi akan dipengaruhi secara negatif oleh suku bunga.
Mayoritas ekonom Islam menganggap
bahwa motif spekulasi memegang uang tidak terdapat dalam perekonomian Islam.
Mereka menganggap bahwa tiap spekulasi merupakan wujud perjudian yang jelas
diharamkan dalam Islam.
Ekonom Islam mazhab kritis
berpendapat bahwa tidak ada yang salah dengan motif spekulasi. Penundaan
belanja aset untuk menemukan aset dengan imbal lebih tinggi atau harga lebih
murah di masa depan merupakan tindakan wajar seseorang. Dalam perekomian Islam,
permintaan uang untuk spekulasi ini menghadapi opportunity cost berupa
imbal yang diharapkan dari instrumen investasi yang ditawarkan saat itu.
Keseimbangan Pasar Uang
Dalam perekonomian bunga, keseimbangan permintaan dan penawaran uang
akan terjadi pada tingkat bunga tertentu. Ekonomi konvensional berpendapat
bahwa interaksi permintaan dan penawaran uang akan senantiasa membawa suku
bunga pada tingkat keseimbangan.
Apabila suku bunga berada di atas tingkat keseimbangan, pasokan uang
melebihi permintaan. Mekanisme penyesuaian berjalan karena pada tingkat bunga
tersebut, opportunity cost memegang uang menjadi terlalu tinggi.
Masyarakat akan berusaha mengurangi porsi uang dalam portofolio kekayaannya
untuk ditukarkan dengan aset yang memberikan bunga, misal obligasi. Penurunan
permintaan uang diimbangi dengan kenaikan permintaan aset tersebut. Akibatnya,
harga aset tersebut akan naik dan tingkat bunganya menurun. Mekanisme ini akan
terus berjalan hingga uang yang ingin dipegang masyarakat sama dengan pasokan
uang.
Mekanisme sebaliknya akan terjadi jika suku bunga berada di bawah
tingkat keseimbangan. Opportunity cost yang rendah akan mendorong
masyarakat untuk memegang uang lebih banyak dengan cara menjual aset berimbal
bunga. Peningkatan penjualan aset menurunkan harga dan menaikkan suku bunga
hingga permintaan uang sama dengan pasokan uang.
Untuk memahami interaksi keseimbangan pasar barang dan pasar uang
dalam membentuk permintaan agregat, keseimbangan pasar uang digambarkan dalam
panel pendapatan-bunga sebagai kurva LM (akronim dari Liquidity preference =
Money supply). Kurva LM diderivasikan dari kurva permintaan dan penawaran
dengan mengetahui arah perubahan suku bunga ketika terjadi perubahan
pendapatan.
Peningkatan pendapatan akan meningkatkan permintaan uang untuk
transaksi dan berjaga-jaga walau tingkat bunga tetap. Hal ini dapat
digambarkan sebagai pergeseran kurva permintaan uang ke kanan atas. Pada
tingkat bunga semula, terjadi kelebihan permintaan uang. Menurut ekonomi
konvensional, kelebihan permintaan uang ini akan mendorong bunga naik hingga
permintaan uang kembali ke tingkat yang sama dengan pasokan uang. Dengan
demikian, peningkatan pendapatan menyebabkan kenaikan suku bunga di pasar uang.
Untuk menggambarkan hubungan positif pendapatan dan suku bunga di pasar uang
tersebut, kurva LM memiliki kemiringan positif.
Logika derivasi kurva LM di atas memiliki kelemahan saat menjelaskan
kenaikan suku bunga di pasar uang. Kelebihan permintaan yang terjadi di pasar
uang disebabkan peningkatan kebutuhan uang untuk bertransaksi karena kenaikan
pendapatan. Tidak dijelaskan mengapa pada situasi tersebut suku bunga harus
naik.
Pada penjelasan mekanisme penyeimbangan di pasar uang disebutkan
bahwa kenaikan suku bunga saat terjadi kelebihan permintaan uang ditimbulkan
oleh peningkatan penjualan aset berbunga. Akan tetapi, pada kasus kelebihan
permintaan itu disebabkan oleh kenaikan pendapatan, tidak ada alasan bagi
seseorang untuk meningkatkan penjualan aset berbunga.
Apabila seseorang mengalami kenaikan pendapatan, ia memang
membutuhkan uang lebih banyak untuk membiayai kenaikan konsumsi. Akan tetapi,
apakah uang tambahan tersebut diperoleh dengan mengurangi
kepemilikan aset berbunga? Justru sebaliknya, kepemilikan aset yang merupakan
salah satu wujud tabungan pun cenderung meningkat ketika pendapatan naik.
Kenaikan pendapatan akan sekaligus dialokasikan sebagai peningkatan konsumsi dan
peningkatan tabungan, yang dapat diwujudkan sebagai aset berbunga maupun uang.
Jika kenaikan pendapatan tidak menyebabkan kenaikan penjualan aset, justru
dapat menyebabkan kenaikan permintaan aset, maka tidak ada mekanisme yang
menyebabkan kenaikan bunga.
Jika terjadi kenaikan pendapatan, kenaikan bunga memang diperlukan
untuk mencapai keseimbangan pasar uang, tetapi tidak terbentuk sendiri oleh
interaksi pasar uang. Dengan demikian, situasi ekonomi bisa terjadi di luar
kurva LM. Dengan kata lain, kurva LM tidak memiliki daya gravitasi.
Ketidakseimbangan permintaan dan penawaran uang yang ditimbulkan
oleh perubahan pendapatan akan tetap berlangsung selama pasokan uang tidak
bertambah. Dari teori kuantitas uang kita tahu bahwa jika pendapatan riil
bertambah namun jumlah uang tetap, salah satu dari dua variabel harus berubah:
kecepatan peredaran uang naik atau harga turun.
Dalam perekonomian tanpa bunga, permintaan uang untuk spekulasi
dipengaruhi secara negatif oleh tingkat imbal yang diharapkan dari aset
produktif. Jika tingkat imbal turun, orang akan cenderung memegang uang lebih
banyak karena opportunity cost turun. Proses penyeimbangan permintaan
dan penawaran uang juga akan terjadi melalui proses pergantian portofolio
kekayaan.
Misal, penurunan tingkat imbal pertanian mendorong orang untuk
menjual tanah pertanian sehingga harga jual dan sewa tanah
pertanian turun. Penurunan harga sewa menurunkan biaya usaha pertanian pada
tingkat pendapatan tetap, sehingga tingkat imbal pertanian kembali naik.
Jika kelebihan
permintaan uang ditimbulkan oleh kenaikan pendapatan, tidak akan ada kenaikan
penjualan aset produktif. Akibatnya, kenaikan tingkat imbal tidak terjadi dan
kelebihan permintaan uang akan terus berlangsung selama pasokan uang tidak
bertambah. Peningkatan ekspektasi laba diperlukan untuk menyeimbangkan
permintaan dan penawaran uang. Hubungan antara pendapatan dan tingkat imbal
yang menyeimbangkan pasar uang ini dicerminkan oleh kurva LM positif dalam
panel pendapatan-tingkat imbal. Akan tetapi, kurva LM ini tidak memiliki daya
gravitasi karena tidak ada mekanisme dalam pasar yang dapat menyeimbangkan
pasar uang ketika terjadi perubahan pendapatan.
3.
Keseimbangan Pasar Barang
Keseimbangan di pasar barang terjadi ketika belanja agregat
(aggregate expenditure—AE) sama dengan produksi nasional (Y). Belanja
agregat terdiri dari komponen domestik, mencakup konsumsi (C), investasi (I)
dan belanja pemerintah (G), dan komponen asing berupa ekspor neto (NX), yakni
nilai ekspor dikurangi nilai impor (NX = X—M).
Belanja
agregat hanya akan sama dengan produksi nasional jika seluruh tabungan
disalurkan menjadi investasi. Tabungan nasional (national saving)
dibentuk oleh dua komponen: tabungan swasta dan tabungan pemerintah. Tabungan
swasta merupakan sisa dari pendapatan neto pajak setelah dikurangi konsumsi (PS
= Y – T – C). Tabungan pemerintah dibentuk dari surplus anggaran karena
pendapatan pajak melebihi belanja pemerintah (GS = T – G).
Y = C + I + G
Y = C + S + T
C + S + T = C+ I + G
S + (T – G) = I
Dalam perekonomian bunga, interaksi
tabungan dan investasi merupakan interaksi permintaan dan penawaran modal
dengan bunga sebagai harga. Tingkat bunga akan mengarah pada tingkat di mana
terjadi keseimbangan tabungan nasional dan investasi.
Kenaikan pendapatan nasional akan
meningkatkan nilai tabungan pada berbagai tingkat suku bunga. Akibatnya,
terjadi kelebihan pasokan modal pada tingkat bunga yang berlaku. Untuk bersaing
menawarkan modalnya, penawar bersedia mengurangi suku bunga yang ia terima.
Tingkat bunga akan turun hingga permintaan modal sama dengan pasokan.
Dalam panel pendapatan-bunga,
hubungan di atas digambarkan sebagai kurva IS. Kurva ini mewakili tingkat bunga
yang dapat menyeimbangkan tabungan dan investasi pada berbagai tingkat
pendapatan.
Dalam
perekonomian nonbunga, permintaan dan penawaran modal dipengaruhi secara
positif oleh tingkat imbal harapan. Naiknya tingkat imbal harapan yang
disebabkan penurunan pajak atau pemberantasan korupsi akan mendorong perusahaan
memperbesar pembelian barang-barang modal. Perusahaan akan mencari modal untuk
membiayai investasinya. Pada sisi pemilik modal, kenaikan tingkat imbal harapan
mendorong mereka mengalokasikan lebih besar tabungan mereka untuk investasi
sekalipun rasio bagi hasil tidak berubah.
Jika tingkat imbal harapan dari
investasi naik, penawaran dan permintaan modal akan naik secara simultan pada
rasio bagi hasil tetap. Walau sama positif, elastisitas penawaran modal
kurang dari elastisitas permintaan modal karena tingkat imbal hanya berpengaruh
kecil pada tabungan. Tabungan seseorang lebih banyak dipengaruhi oleh
pendapatannya. Akibatnya, selisih tabungan dan investasi mengecil dan
permintaan agregat meningkat.
Permintaan dan penawaran modal
dipengaruhi secara berbeda oleh rasio bagi hasil. Penawaran modal semakin besar
jika rasio bagi hasil meningkat karena imbal harapan bagi pemilik modal
meningkat. Sebaliknya, peningkatan rasio bagi hasil akan mengurangi imbal
harapan bagi pemilik perusahaan sehingga permintaan akan turun. Interaksi permintaan
dan penawaran modal akan membawa rasio bagi hasil pada tingkat yang
menyeimbangkan keduanya.
4.
Keseimbangan Pasar Barang dan Pasar Uang
Mayoritas
ekonom konvensional maupun Islam berpendapat bahwa pada harga yang tetap,
pendapatan dan bunga/imbal akan berada pada tingkat yang menyeimbangkan
sekaligus pasar barang dan pasar uang. Tingkat pendapatan dan bunga
keseimbangan ini terletak di perpotongan kurva IS dan LM, baik yang
menggunakan basis bunga maupun imbal.
Ekonomi
konvensional menganggap bahwa pendapatan dan bunga akan selalu menuju pada
tingkat keseimbangan simultan pasar barang dan pasar uang ini karena di
masing-masing pasar terdapat mekanisme penyeimbangan. Mayoritas ekonom Islam
juga berpendapat bahwa mekanisme yang mirip terjadi dalam perekonomian tanpa
bunga. Pendapatan dan tingkat imbal akan menuju ke tingkat keseimbangan ini.
Akan tetapi,
sebagaimana telah dijelaskan bahwa perubahan pendapatan tidak serta-merta
menimbulkan perubahan tingkat bunga di pasar uang yang membawa pada keseimbangan
permintaan dan penawaran uang. Karenanya, penentuan tingkat bunga di panel
pendapatan-bunga dapat hanya ditentukan oleh kurva IS tanpa melibatkan kurva
LM. Dengan kata lain, tingkat bunga selalu terjadi di kurva IS namun dapat
terjadi di luar kurva LM.
Belanja agregat mengandung unsur konsumsi sehingga
dipengaruhi positif oleh produksi nasional. Karena asumsi konsumsi otonom
positif (C0 > 0) dan hasrat marjinal konsumsi positif kurang dari satu (0
< MPC < 1), belanja agregat menjadi lebih dari produksi nasional pada
rentang produksi nol hingga satu titik di mana belanja agregat seimbang dengan
produksi nasional. Jika produksi nasional lebih tinggi dari tingkat
keseimbangan itu, belanja agregat akan kurang dari produksi nasional.
Selisih
antara belanja agregat dan produksi nasional akan merubah tingkat persediaan
barang. Perubahan persediaan menjadi sinyal bagi perusahaan untuk menyesuaikan
produksi untuk menjaga tingkat persediaan yang optimal. Ketika belanja
agregat kurang dari produksi nasional, persediaan akan naik
B.
Keseimbangan Umum Eknomi Islam
Karena
nilai – nilai moral akidah dan akhlak serta ketentuan – ketentuan hukum syariah
tidak memperkenankan praktek – praktek ekonomi yang mengandung riba, maisir dan
spekulasi, maka muara aktifitas ekonomi secara makro lebih dideskripsikan oleh
mekanisme di pasar barang dan jasa. Moneter dalam definisi konvensional tidak
sejalan dengan nilai dan ketentuan hukum syariah Islam, sehingga keberadaannya
menjadi tidak ada dalam perekonomian yang menganut perspektif Islam. Dengan
begitu dapat juga dikatakan bahwa perekonomian Islam tidak memiliki konsep
keseimbangan umum riil dan moneter dua sektoral (dual sector – konsep IS–LM).
Konsep keseimbangan umum dalam Islam lebih sebagai sebuah keseimbangan satu
sektoral (single sector), dimana keseimbangan umumnya identik dengan
keseimbangan pasar riil (barang dan jasa). Sehingga segala jenis aktifitas
ekonomi akan tergambar dalam interaksi permintaan dan penawaran pada pasar
barang dan jasa.
Dengan
pertimbangan bahwa aktivitas ekonomi riil didukung secara signifikan oleh
sector investasi dan penyediaan uang, maka kedua sector ini yang kemudian
secara simultan dimasukkan dalam menjelaskan keseimbangan umum ekonomi (dalam
perspektif Islam). Sector investasi menjadi sector pendukung aktifitas ekonomi
riil yang begitu dominan perannya dalam corak perekonomian kontemporer saat
ini. Aktifitas ekonomi yang begitu rumit dengan ruang lingkup yang cukup luas
membuat sector investasi menjadi suatu aktifitas yang penting dalam
perekonomian. Sementara itu, perekonomian tentu tidak akan lengkap jika tidak
membahas keterkaitannya dengan penyediaan uang sebagai medium of transaction.
Urgensi dari keberadaan uang telah menjadi sebuah keharusan bagi sistem
ekonomi. Namun dalam Islam Uang tidak berperan lebih besar kecuali sebagai alat
pembayaran atau alat penyimpan nilai (kekayaan).
1. Aktivitas Investasi
Jika sector moneter yang selama ini lazim dikenal dalam perekonomian
tidak ingin dihilangkan dalam wacana ekonomi Islam, maka sector investasi dapat
saja diidentikkan dengan sector moneter. Namun identifikasi sector investasi
menjadi moneter haruslah dengan pemahaman bahwa definisi moneter disini tidak
merujuk pada definisi yang digunakan oleh konvensional. Sector moneter
(investasi) disini terbatas pada penyediaan modal atau projek – projek
investasi yang mendukung terselenggaranya aktifitas riil di pasar. Secara
definisi penjelasan tentang investasi telah dijabarkan dalam bab sebelumnya
tentang prilaku ekonomi.
Perumusan model
aktifitas investasi, baik pada sisi permintaan maupun sisi penawaran, merujuk
pada nilai – nilai moral Islam yang diyakini mempengaruhi prilaku ekonomi
seseorang serta segala ketentuan hukum syariah yang memang menjadi pedoman
dalam berprilaku dan berinteraksi secara Islam. Dengan asumsi bahwa yang
menjadi objek dalam aktifitas investasi adalah projek – projek investasi, maka
aktifitas permintaan dan penawaran investasi akan menentukan besar – kecilnya
tingkat ekspektasi keuntungan di pasar investasi.
Penawaran investasi
yang komponennya terdiri dari investasi swasta (Ip), investasi pemerintah (Ig)
dan investasi sosial (Iso), memiliki kurva yang vertikal karena diasumsikan
bahwa inisiasi projek investasi dilakukan bukan atas dasar besar – kecilnya
keuntungan ekspektasi (expected return – Er). Penawaran atau inisiasi projek
investasi pada investasi swasta dilakukan sepanjang Er tidak negatif. Dengan
kata lain, projek investasi akan tetap dilakukan berapapun tingkat ekspektasi
keuntungan. Bahkan boleh jadi seorang pelaku bisnis akan tetap berinvestasi
meskipun tahu ekspektasi keuntungannya adalah 0, karena motivasi dia adalah
memberikan kemashlahatan/kerja bagi mereka yang membutuhkan[2]. Sementara itu investasi
pemerintah dan sosial cenderung tidak ada kaitannya dengan ekspektasi
keuntungan, karena motivasi pemerintah dan sosial masing – masing adalah
penyediaan infrastruktur bagi publik dan kemanfaatan bagi manusia lain (yang
sifatnya sukarela).
Pada sisi
permintaan investasi, keikutsertaannya kelompok pemilik modal tergantung pada
keberadaan usaha yang telah ada dipasar, dimana mereka menempatkan sebagian
modalnya (uang) pada usaha yang ada, sehingga besar – kecil jumlah investasi
atau penanaman modal mereka pada projek investasi tergantung pada besar – kecil
ekspektasi keuntungan yang ada. Semakin besar ekspektasi keuntungan, maka akan
semakin besar permintaan terhadap projek investasi tersebut. Begitu juga
sebaliknya, jika ekspektasi keuntungan kecil, maka permintaan projek investasi
pun akan turun. Seberapa besar penurunan permintaan investasi sangat tergantung
pada tingkat sensitifitas permintaan tersebut terhadap pergerakan naik –
turunnya ekspektasi keuntungan.
Dalam sebuah pasar yang terintegrasi dengan sifat informasi pasar yang cair (symetric information), tingkat ekspektasi keuntungan sebagai hasil dari interaksi permintaan dan penawaran investasi akan mencerminkan juga aktifitas sektor riil di pasar puncak yaitu pasar barang dan jasa. Dalam mekanisme ekonomi modern yang aktifitasnya begitu rumit dengan ruang lingkup yang hampir – hampir tidak memiliki batas wilayah dan pelaku, pasar investasi ini menjadi satu sektor ekonomi yang dominan dalam sebuah perekonomian. Oleh sebab itu, peran pasar investasi menjadi cukup signifikan untuk menjelaskan mekanisme keseimbangan umum ekonomi di pasar puncak barang dan jasa.
Dalam sebuah pasar yang terintegrasi dengan sifat informasi pasar yang cair (symetric information), tingkat ekspektasi keuntungan sebagai hasil dari interaksi permintaan dan penawaran investasi akan mencerminkan juga aktifitas sektor riil di pasar puncak yaitu pasar barang dan jasa. Dalam mekanisme ekonomi modern yang aktifitasnya begitu rumit dengan ruang lingkup yang hampir – hampir tidak memiliki batas wilayah dan pelaku, pasar investasi ini menjadi satu sektor ekonomi yang dominan dalam sebuah perekonomian. Oleh sebab itu, peran pasar investasi menjadi cukup signifikan untuk menjelaskan mekanisme keseimbangan umum ekonomi di pasar puncak barang dan jasa.
2. Aktivitas Uang beredar
Membahas ekonomi tentu tidak akan lengkap jika tidak mendiskusikan
tentang uang. Tidak hanya pada sistem ekonomi konvensional, dalam sistem
ekonomi Islam uang juga memiliki peran yang penting. Namun yang membedakan pada
kedua sistem ini adalah, perspektif terhadap peran atau fungsi uang dalam
aktifitas ekonomi. Sistem konvensional memandang uang tidak sekedar hanya
sebagai alat bantu transaksi ekonomi, uang bahkan dapat menjadi objek transaksi
ekonomi itu sendiri. Dengan demikian konsekwensi perspektif ini membuat
perekonomian menjadi meluas ruang lingkup aktifitasnya, ia tidak hanya terbatas
pada transaksi – transaksi produktif penciptaan barang dan jasa, tetapi juga
mencakup segala transaksi – transaksi keuangan berikut transaksi – transaksi
turunannya
Sementara itu
sistem ekonomi Islam membatasi fungsi uang sebagai alat bantu transaksi –
transaksi produktif barang dan jasa. Uang itu sendiri tidak diperkenankan
menjadi kommoditi yang kemudian memiliki pasarnya yang khas. Dengan demikian,
pembahasan terkait dengan uang akan terfokus pada masalah penyediaan uang
beredar dalam rangka mendukung aktifitas ekonomi riil.
Penyediaan uang
beredar pada dasarnya identik dengan jumlah pencetakan uang, dimana jumlah
pencetakannya merupakan wewenang negara; oleh bank sentral (central bank)
ataupun otoritas moneter (monetary agency). Dengan begitu, jumlah penyediaan
uang beredar bersifat autonomous, atau dengan kata lain penawaran uang (money
supply – Ms) dalam pasar jumlahnya tergantung kebijakan negara melalui lembaga
berwenang. Oleh sebab itu penggambaran kurva penawaran uang (Ms) dalam
keseimbangan uang beredar berbentuk garis vertikal, jika dihubungkan antara
ekspektasi keuntungan (Er) dengan jumlah uang beredar. Kurva penawaran uang
yang vertikal bermakna, bahwa berapapun tingkat Er sejumlah Ms harus (tetap)
tersedia. Dengan kata lain penyediaan uang beredar (Ms) tidak dipengaruhi oleh
besar kecilnya ekspektasi keuntungan (Er).
Ms = Mo
Dimana:
Ms = Penawaran uang
Ms = Penawaran uang
Mo = Jumlah uang yang diciptakan (autonomous)
Sementara itu, jika
dihubungkan dengan ekspektasi keuntungan (expected return – Er), maka
permintaan uang (Md) memiliki hubungan yang negatif terhadap Er. Maknanya semakin
tinggi tingkat Er, maka semakin rendah preferensi untuk memegang uang tunai.
Seberapa besar permintaan uang tersebut tergantung besarnya sensitifitas
permintaan uang terhadap pergerakan Er (g). Disamping itu permintaan uang juga
ditentukan oleh besar pendapatan (Y). Semakin besar pendapatan, maka akan
semakin tinggi juga permintaan uang.
Md = kY – g(Er)
Dimana:
Md = Permintaan uang
Y = Pendapatan
k = Sensitifitas perubahan Md akibat perubahan Y
g = Sensitifitas perubahan Md akibat perubahan Er
Er = Ekspektasi keuntungan
Jika diasumsikan
bahwa pergerakan Y merupakan refleksi dinamika atau pergerakan aktifitas
ekonomi riil, maka pergerakan permintaan uang akan mencerminkan dinamika
ekonomi riil. Dan pada gilirannya pergerakan inilah yang kemudian direspon oleh
kebijakan penciptaan uang (Ms). Dari kurva keseimbangan uang beredar ini dapat
disimpulkan juga bahwa aktifitas penciptaan uang (Ms) hanyalah sebuah kebijakan
yang sifatnya responsif menyikapi perkembangan aktifitas ekonomi riil, dimana
aktifitas ekonomi riil digambarkan oleh pergerakan kurva permintaan uang (Md).
Selanjutnya
interaksi penawaran dan permintaan uang akan membentuk tingkat ekspektasi
keuntungan yang diyakini pergerakannya sama dan identik dengan apa yang ada di
pasar investasi. Pergerakan ekspektasi keuntungan baik di pasar investasi
maupun di ”pasar” uang beredar[4], pada dasarnya mencerminkan pergerakan harga di
sektor riil. Dimana jika harga bergerak naik misalnya akibat kenaikan
permintaan, maka secara otomatis pasar menerima informasi bahwa total
penerimaan (keuntungan – revenue) naik, hal ini membuat ekspektasi keuntungan
akan naik. Respon berupa peningkatan penawaran akibat kenaikan harga (karena
revenue di pasar meninggi) yang kemudian membuat harga kembali ke tingkat semula
(keseimbangan – equilibrium price) dicerminkan juga oleh peningkatan penawaran
investasi dan peningkatan permintaan uang.
Hubungan ketiga
jenis pasar tersebut; pasar barang dan jasa, pasar investasi dan pasar uang
beredar dapat digambarkan dalam kurva keseimbangan. Selanjutnya kurva
keseimbangan inilah yang oleh penulis ditawarkan sebagai sebuah konsep
keseimbangan umum (general equilibrium) dalam ekonomi yang mengakomodasi Islam
sebagai nilai dan hukum aplikasinya. Dari konsep keseimbangan umum ini, terlihat
ide besar dari perekonomian secara makro, bahwa dinamika pasar puncak yaitu
barang dan jasa berkorelasi positif dengan dinamika yang ada di pasar investasi
dan pasar uang beredar. Secara lebih spesifik dengan asumsi – asumsi yang
berlaku dalam aplikasi ekonomi Islam, kesimpulan yang dapat juga dikemukakan
pada kondisi keseimbangan umum adalah bahwa peningkatan volume transaksi barang
dan jasa disektor riil sama dengan peningkatan volume investasi di pasar
investasi dan peningkatan uang beredar yang ada di pasar uang beredar (∆Q = ∆I
= ∆M). Kesimpulan ini mendukung keyakinan teori ekonomi Islam yang menyebutkan
bahwa uang tercipta di pasar uang beredar ketika barang dan jasa juga tercipta
di pasar riil. Dinamika penciptaan uang tidak berdiri sendiri layaknya yang
terjadi di sistem ekonomi konvensional.
Pada perspektif
lain, konsep keseimbangan umum ini juga menggambarkan ide berbeda dalam
menggambarkan sebuah keseimbangan umum ekonomi, dimana keseimbangan umum puncak
ada di pasar barang dan jasa. Hal ini seakan ingin menegaskan bahwa segala
aktifitas ekonomi baik interaksi yang ada di pasar maupun kebijakan-kebijakan
yang dilakukan dalam rangka meningkatkan kinerja perekonomian pada akhirnya
harus tergambar dalam pasar riil yaitu pasar barang dan jasa. Disini juga
terlihat bahwa ide pemadanan dua pasar; riil (barang dan jasa) dan moneter
(keuangan), tidak berlaku dalam ekonomi Islam, karena memang pasar keuangan
tidak eksis akibat mekanisme bunga (interest rate) tidak ada dalam ekonomi.
Kalaupun ada mekanisme investasi sebagai ”padanan” dari pasar keuangan
konvensional, ia tidak kemudian sejajar dalam artian berdiri sendiri (seperti
yang diyakini oleh konvensional) dengan pasar riil. Keberadaan pasar investasi
merupakan konsekwensi saja dalam perkembangan aktifitas ekonomi riil. Begitu
juga posisi pasar uang beredar. Pasar ini hanyalah menggambarkan bagaimana dan
seberapa besar sepatutnya sejumlah uang disediakan dalam rangka mendukung
aktifitas ekonomi riil.
Sebagai sebuah konsep yang baru, konsep keseimbangan umum ini memang membutuhkan kajian lanjutan yang lebih mendalam untuk mendapatkan satu model keseimbangan umum ekonomi yang mapan dan valid. Namun sebagai sebuah langkah awal, konsep keseimbangan ini mampu memberikan penjelasan apa yang (sepatutnya) terjadi dalam perekonomian menggunakan perspektif Islam.
Sebagai sebuah konsep yang baru, konsep keseimbangan umum ini memang membutuhkan kajian lanjutan yang lebih mendalam untuk mendapatkan satu model keseimbangan umum ekonomi yang mapan dan valid. Namun sebagai sebuah langkah awal, konsep keseimbangan ini mampu memberikan penjelasan apa yang (sepatutnya) terjadi dalam perekonomian menggunakan perspektif Islam.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Denagan paparan dan penjelasan tentang keseimbangan ekonomi di atas,
maka kita ketahui bahwa keseimbangan umum ekonomi akan terjadi apabila
komponen-komponen yang dapat mempengaruhi keseimbangan umum itu semuanya
berjalan dengan baik. Seperti keseimbangan pasar barang, pasar uang, pasokan
uang, pasaokan barang san lain sebaginya.
B. Saran
Kita sebagai umat muslim, hendaknya mengetahui tentang keseimbangan
umum ekonomi secra Islam. Di dalam Islam tentu talah di atur ekonomi dengan
sedemikian rupa dan kita tinggal menjalankannyadengan baik.